Chicken Gyoza |
Yang kami pesan di PIM adalah Ramen Toripaitan ekstrim dan Tantanmen dengan telur, lalu gyoza ayam untuk appetizer. Gyozanya lumayan, kulitnya cukup firm dan tekstur daging isinya juga enak. Hanya saja rasanya agak kurang gurih. Kalau urusan gyoza sepertinya kuotie Chinese food memang belum ada lawannya.
Tantanmen |
Sebagai penggemar gado-gado saya pesan Tantanmen karena tertarik dengan deskripsi nya. Saya pikir mungkin kalau versi Jepang pakai goma/wijen? Tapi saya salah. Sebagai spicy food hater saya langsung menyesali pilihan ini.
Tantanmen menggunakan kuah toripaitan pekat dengan daging ayam giling dan dihidangkan dengan semacam sambal pecel... Kuah toripaitan nya sendiri sudah cukup asin buat selera saya, ditambah pedas kacang asin nya semakin menjadi-jadi. Benar-benar penderitaan untuk mulut saya... Mie nya harusnya mie kecil, tapi saya tidak melihat perbedaan mencolok dengan tebal mie pada ramen ekstrim yang defaultnya pakai mie tebal.
Tori Paitan Extrim Ramen |
Tori Paitan Extrim Ramen, close up |
Ramen toripaitan ekstrim sendiri juga cukup asin untuk selera saya. Entah apa karena lidah saya masih ngambek gara-gara cabe, saya tidak bisa terlalu menikmati yang ekstrim. Karena dikasih jeruk lemon, buat saya rasanya agak campur aduk antara asih, gurih, dan asam. Kuahnya pekat creamy dan kalau agak dingin jadi membentuk lapisan minyak di permukaan.
Mie tebal di Seirock-ya bukan selera saya karena tebalnya padat dan kurang kenyal waktu digigit. Daging ayamnya juga terasa overcook dan kurang empuk. Telurnya sendiri oke dan pas masaknya. Tengahnya masih agak setengah matang sementara bagian putihnya lembut dan empuk.
Karena saya merasa salah pilih menu di PIM, beberapa minggu kemudian saya mencoba makan di outlet Radio Dalam supaya ngga penasaran. Kali ini kami memilih Ramen Toripaitan Shoyu, Traditional Tokyo Ramen, dan Tsukemen.
Untuk kuah sup sepertinya memang kuah di Seirock-ya terlalu asin untuk selera saya, kayaknya kapan-kapan saya harus minta dikurangin asinnya. Apa dibuat asin karena menyesuaikan dengan lidah orang Indonesia yang menyukai rasa yang kuat? Tapi overall pengalaman makan saya di sini jauh lebih oke daripada di PIM. (Intinya, biar kata doyan gado-gado, jangan pesan Tantanmen kalau nga doyan pedas)
Dibanding di PIM, yang di Radio Dalam ramainya masih cukup manageable. Jadi pelayanannya oke dan layoutnya restorannya juga tidak terlalu sulit kalau kita butuh bantuan waiter/waitress. Yang di PIM apalagi kalau weekend ramainya riweh banget.
Tori Paitan Shoyu Ramen |
Toripaitan Shoyu Ramen nya asin dan creamy. Entah seasin apa yang shio dan miso kalau shoyu saya sudah lumayan asin saya. ^^; Mie nya kali ini beneran dapat mie kecil. Tipe mie kecil Seirock-Ya sepertinya mie telur yang agak keriting. Menu ini cukup enak tapi secara keseluruhan tidak sampai istimewa untuk saya.
Traditional Tokyo Ramen |
Traditional Tokyo Ramen, close up |
Buat yang lebih suka kuah yang ringan dan jernih, mungkin bakal lebih suka Tokyo Ramen nya. Kuahnya sepertinya terbuat dari kaldu ayam dan shoyu. Biasa saja sih, tapi cukup nyaman waktu masuk mulut. Rasa asinnya masih cukup mencolok, tapi mendingan daripada yang kuah toripaitan.
Tsukemen, my favorite... |
Menu favorit saya di Seirock-ya secara mengejutkan jatuh pada Tsukemen. Padahal tadinya hampir ngga pesan ini. Kuah Tsukemen paling pekat, rich, creamy, dan berminyak. Karena dicampur dengan kaldu ikan dan udang, rasa asinnya jadi tidak terlalu mencolok karena ditemani rasa gurih dan sedikit hint rasa manis dari kaldu tambahan. Kalau diminum langsung sih kuahnya pekat dan heavy banget, tapi mie yang dicemplung ke dalam kuah ini jadi terbalur dengan minyak dan kuahnya yang intense. Enak banget waktu masuk mulut.
Untuk menu tsukemen, defaultnya pakai mie tebal yang bukan favorit saya. Tapi kita bisa minta tambahan 120 gram mie gratis untuk menu ini (kaedama), jadi untuk tambahannya saya minta mie kecil saja. Dan paduan ini buat saya justru yang paling indah. Karena disajikan langsung tanpa direndam kuah, kita bisa ngerasain aroma telur dan tekstur kenyal pada mie kecilnya dengan lebih baik. Ketika berbalur dengan kuah tsukemen lalu masuk mulut rasanya aduhai banget.
Pada Tsukemen, kita dikasih kuah ekstra yang sepertinya air rebusan mie untuk mengencerkan kuah kental supaya lebih nyaman di lidah kalau mau diminum langsung. Sebaiknya kuah diencerkan setelah mie habis, soalnya kalau masih ada mie nya bikin kuahnya jadi hambar. Tapi buat yang dari awal merasa kuahnya terlalu pekat bahkan sewaktu dimakan bersama mie, bisa langsung diencerkan dengan kuah tambahan.
Drinks |
Kapan-kapan mungkin saya balik lagi sekedar ingin tau apakah kalau minta asinnya dikurangin akan lebih cocok buat selera saya. Selain itu mungkin demi Tsukemen pakai mie kecil. :d
No comments:
Post a Comment